cafe bisnis

bisnis online

Selasa, 30 Maret 2010

SATU MOMEN TIGA ‘KITAB’

Ternyata, penjelasan tentang Manifestasi Allah dalam rupa Tiga ‘Kitab’-Nya (Insaniyyah, Kauniyyah dan Qur’aniyyah) masih menyisakan ketidak-mengertian pada sebagian murid-murid Padepokan Kehidupan. Ketika ada kesempatan lagi, Sang Guru Bijakbestari pun memperoleh pertanyaan seputar topik itu,

M : Guru, tolong berikan contoh dari pengalaman Bapak, tentang suatu kejadian yang menyelaraskan 3 ‘kitab’ sekaligus: ‘kitab Kauniyyah, kitab Insaniyyah dan ‘kitab Quraniyyah agar pemahaman kami tentang ‘Kitab Manifestasi-Nya’ kami semakin jelas...
GB: Baiklah Anakku, ini memang bukan persoalan yang mudah dicerna, maka kita harus secara pelan-pelan mengunyahnya. Tak lupa kita harus memohon bimbingan-Nya, agar kita mampu mehaminya satu per satu. Sebelumnya untuk menjernihkan qalbu dan pikiran kita marilah kita baca Ummul kitab...Al-Fatihah...
Pernah ketika anakku baru berumur 11 tahun, suatu hari dia berhasil membohongi kami orang tuanya. Ketika saya mau menegurnya, tiba-tiba saya ingat bahwa ketika saya seumuran anak itu (belasan tahun juga) saya pun melakukan aksi ‘menipu’ orang tua saya, karena saya punya keinginan untuk bermain bersama teman-teman main di kampung. Mengingat peristiwa itu mulut saya tersenyum, dan dalam hati saya berkata,”Ya Allah, hamba mengerti terhadap ‘balasan’ yang Engkau kirimkan berwujud perilaku anak hamba hari ini. Engkau firmankan dalam Al-Quran-MU:” Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.”(TQS 99: 7-8). Hamba sadar akan kelakuan hamba saat muda, Astaghfirullah...”
Akhirnya saya nasihati anak saya dengan penuh kesabaran, namun tidak menghilangkan ketegasan dalam mengingatkan dari kesalahannya.



Saat itu saya bersyukur, ayat Kauniyyah-Nya berupa anak saya yang Dia izinkan berhasil membohongi kami orang tuanya, ayat Insaniyyah berupa tertahannya kemarahan, dan ayat Quraniyyahnya berupa ayat 7 dan 8 Surah Al-Zilzalah atas rahmat Allah, menjadi selaras dalam kesadaran saya, dan hal itu membuahkan beberapa hal:
• Saya menyadari bahwa Allah yang memelihara saya dan juga anak saya menghendaki bahwa dalam mendidik anak hendaklah qalbu dan akal pikiran kita tidak boleh terganggu oleh amarah.
• Ketika saya memperingatkan tindakan anak saya yang kurang benar, akhirnya saya berhati-hati supaya tidak terpengaruhi amarah saya, jika mungkin tanpa amarah sama sekali.
• Terdapat hubungan antara perilaku anak kita dengan data diri kita. Jadi dengan mentafakkuri kehidupan masing-masing serta juga mengkomunikasikannya secara baik-baik, orang tua dan anak-anaknya dapat saling melengkapi informasi terhadap masing-masing dirinya. Hal ini sangat diperlukan untuk mengenal siapa diri kita sejatinya.
• Saya meyakini dan semakin bertambah yakin, bahwa semua persoalan hidup kita, ada jawabannya dalam Al-Quran atau pun ‘kitab’ Quraniyyah lainnya. Meskipun jawaban setiap persoalan tersebut berbeda-beda level dan aspeknya.
• Saya merasakan keberadaan dan kepengaturan Allah SWT di balik semua peristiwa itu.
Nah Anakku, kalau Allah merahmati kita dan memberi kemampuan kepada kita sehingga kita mampu menyelaraskan ayat-ayat-Nya baik, Kauniyyah, Insaniyyah maupun Quraniyyah, maka pada saat itu tidaklah susah kita merasakan IHSAN sebagaimana yang Rasulullah saw. definisikan: “...(Ihsan adalah) Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu ...”(HR Muslim)
M : Kalau mendengar pengalaman dan penjelasan Guru nampaknya semua itu sepertinya mudah dikerjakan, tapi kenapa kami tidak berhasil mengerjakannya dengan istiqamah?
GB: Insya Allah kalau kita bersungguh-sungguh, Allah akan memudahkannya Nak.. Mungkin belum waktunya kita berhasil saat itu, agar perjuangan kita pun terus kita tingkatkan. Marilah kita berjuang lebih keras lagi, pertama, mari kita perkuat niat dan tekad, karena ujian pasti akan menghadang kita di depan. Untuk meluruskan niat, mari kita ingat bahwa semua hal yang hendak kita kerjakan ini hanya untuk kepentingan dan kebahagiaan diri kita sendiri, jadi mari kita kerjakan walaupun seluruh isi dunia tidak ada yang membantu kita. Hanya ridho Allah-lah yang kita tuju.
Kedua, karena perilaku kita itu saling menular, marilah kita mendekati dan bergaul dengan guru atau sahabat-sahabat kita yang telah terlebih dulu berhasil mengerjakan apa-apa yang hendak kita kerjakan. Keberkahan dari mereka yang telah mengerjakan amal shalih akan memperkuat niat dan tekad kita untuk mengikuti jejak mereka. Selain itu, saran, nasihat serta peringatan mereka pasti sangat berguna buat kita.
Ketiga, hendaknya kita mulai dari yang paling mudah bagi diri kita, lalu setahap demi setahap kita tingkatkan kesulitannya. Dalam hal ini, kejujuran kita terhadap kapasitas dan kemampuan diri kita sangatlah diperlukan. Dan tidak perlu mengukur diri kita dengan orang lain. Kita tidak perlu malu-malu mengakui keadaan kita sendiri. !!
Keempat, Alhamdulillah..,setelah kita berhasil mengerjakan amal shalih, hendaknya kita selalu waspada terhadap tipudaya setan. Sebaiknya kita tidak mengingat-ingat keberhasilan kita,-- kecuali untuk penambah semangat berbuat lagi-- tetapi justru yang harus kita ingat bahwa waktu kita semakin habis sementara bekal amal shalih yang kita kerjakan dengan ikhlas masih belum mencukupi.
Hal ini penting sekali, terutama bagi pemula untuk menghindari tipudaya setan, sebab setan senang sekali menggelincirkan kaum pemula dengan menjadikan amalnya sebagai bahan untuk berbuat riya’(pamer agar memperoleh pujian), ataupun ketidak-ikhlasan yang lain.
Kelima, ketika kita mulai pada aspek praktis dalam kegiatan kita sehari-hari, selalu waspadailah bahwa ayat-ayat dari ketiga ‘kitab’ Allah itu bisa sewaktu-waktu muncul dalam wujud yang tidak kita duga, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Akan lebih mudah menyikapi dengan benar kalau kita terbiasa hidup tertib.
Misalnya, seandainya kita tertib setiap sepertiga malam terakhir kita terjaga, aktivitas sehari itu kita mulai dengan berdoa, bermunazat mohon agar kita Allah mudahkan untuk waspada dalam ‘membaca’ ketiga ‘kitab’-Nya seharian tersebut. Setelah itu kita tinggal melanjutkannya dalam waktu-waktu jeda antar shalat, bila terdapat kelengahan kita, setelah selesai shalat kita mohon ampun dan mohon perbaikan-Nya. Di akhir aktivitas setiap hari, tepatnya sesaat menjelang tidur, serahkanlah semua amal kita seharian kepada-Nya, dan jangan lupa untuk memohon agar dengan pandangan Rahmaniyyah-Nya Dia memeriksa amal-amal itu. Setelah itu tidurlah dengan penuh tawakal, serahkan semua urusan yang belum terselesaikan ke dalam Pengurusan-Nya.
Namun, seandainya hidup kita belum tertib, mulailah dari yang paling mudah dikerjakan.
Jikalau semua hal di atas bisa kita lakukan, Insya Allah dimana-mana kita akan merasakan betapa Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu senantiasa memelihara serta melindungi kita. Kalau sudah begitu ‘Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?’
M: Benar Guru, Insya Allah kami akan berjuang untuk dapat melaksanakannya... Mohon doa dan bimbingannya....
Demikianlah suasana pembelajaran di Padepokan Kehidupan. Guru Bijakbestari senantiasa mendampingi, membimbing dan mengawasi perkembangan murid-muridnya. Bila suatu masalah para murid belum mengerti dengan baik, mereka bisa menanyakan ulang baik secara jamaah maupun individual. []

sumber gambar:
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:-LtZQPLRqIL6qM:http://cokiehti.files.wordpress.com/2007/12/al_quran1.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar